Purba, Aleksander (2024) Seri Jalan Rel: Tantangan dan Potensi Pengembangan Kereta Cepat. PT Mafy Media Literasi Indonesia, Bandar Lampung. ISBN 978-623-8758-81-4
Text
SERI JALAN REL TANTANGAN DAN POTENSI PENGEMBANGAN KERETA CEPAT_compressed.pdf Download (2MB) |
Abstract
Setelah tertunda beberapa tahun karena berbagai kendala termasuk pandemi Covid-19, Indonesia meresmikan operasi komersial kereta cepat Jakarta-Bandung pada 2 Oktober 2023, yang sebelumnya dimasukkan dalam paket Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui beleid Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016. Kereta cepat yang dikenal dengan tagline WHOOSH (Waktu Hemat, Operasi Optimal, dan Sistem Hebat) menjadi layanan pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, dirancang dengan kecepatan maksimal 350 km/jam, dan menawarkan 3 kelas pelayanan dengan kapasitas 601 tempat duduk. Dengan panjang lintasan 142 km dan waktu tempuh dari Halim (Jakarta Timur) ke Tegalluar (Kabupaten Bandung) kurang dari 1 jam –dibandingkan 3-4 jam dengan mobil pribadi, travel atau bus tergantung kondisi lalu lintas– WHOOSH dengan keunggulannya mempersingkat waktu perjalanan segera menjadi moda andalan masyarakat. Mengacu PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), rata-rata harian volume penumpang WHOOSH adalah 17.000. Jumlah penumpang harian tertinggi sejak dioperasikan secara komersial tercatat sebanyak 22.249 orang pada 27 Juni 2024, dengan rincian sejumlah 11.482 orang berangkat dari stasiun Halim, 8.123 orang dari stasiun Padalarang, dan 2.644 orang dari stasiun Tegalluar (https://kcic.co.id/kcic-siaran-pers/whoosh-pecahkan-rekor-jumlah-penumpang-terbanyak-selama-beroperasi/-diakses 20/9/2024). Pada awal operasi jumlah perjalanan hanya 14 lalu meningkat menjadi 28, 36, 40 dan 48 trips per hari sejak Desember 2023. Namun pencapaian jumlah penumpang konon masih lebih rendah dari rencana bisnis perusahaan yang mematok angka 29.000 orang/hari secara rata-rata. Salah satu upaya yang dilakukan PT KCIC adalah mengaktivasi stasiun Karawang, yang direncanakan beroperasi secara penuh mulai 2025. Bercermin dengan pengalaman negara lain di kawasan seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan serta China, potensi pengguna kereta cepat sepanjang koridor Jakarta-Bandung merupakan pangsa pasar penumpang terbesar secara nasional dengan moda kereta konvensional (kereta argo Parahyangan) serta moda berbasis darat mendekati titik jenuh. Ini berarti keputusan mengembangkan pilihan moda berbasis rel dengan layanan lebih karena tren permintaan yang meningkat di kawasan megapolitan Jakarta – Bandung, dipandang sebagai pilihan yang rasional dan terbukti dengan lonjakan pengguna WHOOSH setelah hampir satu tahun beroperasi. Tetapi, waktu tempuh yang sangat singkat dari stasiun Halim menuju stasiun Padalarang dan stasiun termini Tegalluar, belum diimbangi dengan kecepatan serta kenyamanan moda lanjutan dari stasiun-stasiun WHOOSH ke tujuan akhir penumpang. Pengalaman panjang Jepang, Korea Selatan, Taiwan, China serta negara lain di Eropa yang mengembangkan kereta cepat menggarisbawahi bahwa moda berbasis rel seperti moda raya terpadu (MRT) secara sejajar dan melintang stasiun kereta cepat adalah “pasangan” yang ber-simbiose mutualisme satu dengan lainnya. Lintas raya terpadu (LRT), bus trans, shuttle bus dan moda darat sejenis sangat jarang menjadi “moda utama” dan lanjutan di stasiun kereta cepat. Di sisi lain pengembangan berorientasi transit (TOD) di sekitar stasiun yang sebelumnya disebut menjadi salah satu prioritas untuk menarik lebih banyak kegiatan termasuk meeting, incentive, conference, and exhibition (MICE) dan pengunjung, belum terlihat wujudnya sampai jelang akhir 2024. PT KCIC tidak bisa sendiri menggarap potensi besar ini; dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai tingkat pemerintahan dan keterlibatan pengembang swasta untuk mewujudkannya secara terencana serta berkesinambungan. Tantangan yang nyata adalah Indonesia belum memiliki pengalaman yang mumpuni termasuk sisi kelembagaan. Sulit dipercaya bahkan setelah WHOOSH beroperasi hampir satu tahun, Indonesia belum memiliki badan pengelola kereta cepat; tidak diketahui lembaga mana yang mengoleksi dan menyimpan data penyelidikan tanah sepanjang koridor Jakarta-Bandung, data teknis dan struktur 13 terowongan dan ratusan bahkan ribuan data penting lainnya, yang sangat dibutuhkan sebagai bahan pembelajaran untuk mengembangkan koridor Jakarta-Surabaya. Nihilnya lembaga pengelola jelas terlihat saat penentuan tarif yang saling lempar antara Kementerian Perhubungan dan PT KCIC. Hal yang sama terjadi saat uji coba operasi sampai diterbitkannya sertifikat laik operasi. Lembaga mana yang seharusnya melakukannya? Sebagai perbandingan, India yang juga sedang membangun kereta cepat, membentuk National High-Speed Rail Corporation Limited (NHSRCL) pada 12 Februari 2016 berdasarkan beleid Company Act 2013 dengan tujuan sangat rinci: membiayai, membangun, memelihara, dan mengelola koridor kereta cepat. Mengacu pada website NHSRCL, lembaga diperkirakan membutuhkan tenaga kerja sekitar 3000-4000 orang untuk melaksanakan operasi koridor kereta cepat di negara itu. Tenaga kerja yang dibutuhkan harus memiliki keahlian yang tinggi dalam penerapan teknologi kereta berkecepatan tinggi sehingga dapat melaksanakan proyek secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, lembaga telah memulai pembangunan lembaga pelatihan eksklusif di Vadodara untuk memenuhi aspek ini (https://www.nhsrcl.in/en/about-us/about-nhsrcls). Sebagai lembaga yang kuat meskipun relatif baru, NHSRCL membuat target tinggi untuk melayani sebanyak 17.900 penumpang per hari per arah pada awal operasi kereta cepat, yang kemudian akan meningkat menjadi 92.900 orang/hari/arah pada 2053.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | T Technology > TF Railroad engineering and operation |
Divisions: | Laporan Penelitian LPPM |
Depositing User: | ALEKSANDER ALEX PURBA |
Date Deposited: | 19 Nov 2024 10:48 |
Last Modified: | 19 Nov 2024 10:48 |
URI: | http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/54285 |
Actions (login required)
View Item |