Ruby, Tiryono (2009) GEOMETRI ANALITIK JARAK, SUDUT DAN DURASI LINTASAN MATAHARI DAN BULAN TERHADAP BUMI SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN UNTUK MENENTUKAN TANGGAL SATU KALENDER HIJRIYAH. Seminar Nasional Sains, Matematika, Informatika dan Aplikasinya VI UNILA, 1 (1). pp. 135-140. ISSN 2086-2342

[img]
Preview
Text
GEOMETRI ANALITIK JARAK, SUDUT DAN DURASI LINTASAN MATAHARI DAN BULAN TERHADAP BUMI SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN UNTUK MENENTUKAN TANGGAL SATU KALENDER HIJRIYAH.pdf

Download (284kB) | Preview
Official URL: http://www.unila.ac.id/~mipa/

Abstract

Makalah ini bertujuan menentukan sudut minimum posisi Bulan dan Matahari dilihat dari permukaan Bumi dalam membuat kebijakan penentuan tanggal satu kalender Hijriyah. Jarak Matahari (M) terhadap Bumi (B) diperkirakan 150.000.000 km (r), sehingga jarak yang ditempuh Bumi mengelilingi Matahari per tahun adalah 2πr km. Bulan (B) sebagai satelit Bumi diperkirakan berjarak 385 km terhadap Bumi. Ke tiga mahluk tersebut memiliki tugas peredaran masing-masing yang berbeda sehingga sudut BBM (x) selalu berubah setiap saat (0 0 0 ≤ x ≤ 360 ), perubahan tersebut berakibat pada bentuk sinar pantul Bulan menjadi selalu berubah. Pada saat sudut BBM mendekati 0 0 sinar pantul Bulan tidak dapat dilihat dari permukaan Bumi, fenomena ini (Bulan-Mati) berlangsung diperkirakan paling cepat 24 jam dan paling lama 36 jam. Sebaliknya pada saat sudut BBM mendekati 180 0 sinar pantul Bulan sepenuhnya dapat dilihat dari permukaan Bumi, fenomena ini (Bulan-Purnama) berlangsung diperkirakan paling cepat 24 jam dan paling lama 36 jam. Para ilmuwan terdahulu telah mewariskan hasil pengamatan bentuk sinar pantul Bulan secara periodik sebagai bilangan lintasan Bulan, sinar pantul Bulan berbentuk sabit saat matahari terbenam sebagai lintasan ke-1, sinar Bulan bentuk sabit hari berikutnya sebagai lintasan ke-2, hingga lintasan ke-14 (Bulan-Purnama), lintasan ke-28 (Sabit-Tua) dan lintasan ke-29 (Bulan-Mati). Idealnya bilangan lintasan adalah sama dengan bilangan tanggal, akan tetapi dalam perjalanannya ada kondisi dimana terjadi slip, hal ini karena fenomena alam bahwa durasi lintasan Bulan dari terbenam hingga terbenam kembali adalah ≈ 24 jam + 48,78 menit. Dengan geometri analitis dapat dilakukan perhitungan konversi derajat sudut dengan durasi waktu, 360 0 = 24 jam sehingga 49,78 menit ≈ 12,195 0 . Oleh karena itu ketika fenomena lintasan ke-1 dengan sudut BBM mendekati 7 0 dijadikan sebagai tanggal 1 kalender Hijriyah, maka di hari ketika jatuh tanggal 17 lintasan Bulan masih menjalani etape lintasan ke-16. Upacara Wukup dilakukan pada saat Bulan menjalani lintasan ke-9 dilokasi upacara (Saudi Arabia) pada bulan Dzulhijah, agar tanggal 9 = lintasan ke-9 maka dalam memutuskan lintasan ke-1 sebagai tanggal 1 sudut Bulan sabit BBM paling tidak (minimum) 3,7 0 . Oleh karena itu, jika terlambat atau terlalu cepat dalam menentukan tanggal satu maka akibatnya kondisi ideal tidak tercapai.

Item Type: Article
Subjects: Q Science > QA Mathematics
Divisions: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) > Prodi Matematika
Depositing User: Mr TIRYONO RUBY
Date Deposited: 03 Aug 2018 07:37
Last Modified: 03 Aug 2018 07:37
URI: http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/8594

Actions (login required)

View Item View Item