Sinaga, Risma Margaretha (2014) REVITALISASI TRADISI: STRATEGI MENGUBAH STIGMA KAJIAN PIIL PESENGGIRI DALAM BUDAYA LAMPUNG. Masyarakat Indonesia (Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia), 40 (1). pp. 109-126. ISSN 0125-9989

[img]
Preview
Text
109-285-1-PB.pdf

Download (6MB) | Preview
Official URL: http://jmi.ipsk.lipi.go.id/index.php/jmiipsk/index

Abstract

This study begins from the marginalization of ulun Lampung. As a local ethnic group, they are under-appreciated by outsiders or migrants coming to Lampung. In the external domain, ulun Lampung are stigmatized, because their actions are often not in line with Piil Pesenggiri context. Basically, Piil Pesenggiri is associated with positive characteristics such as such hospitality towards guests, keeping the dignity and self-esteem, but ulun Lampung appear to display violence, laziness, arrogance and other attitudes which are viewed by migrants to be associated with Piil Pesenggiri. This study aims to explain the strategy to revitalize Piil Pesenggiri values of ulun Lampung as cultural capital in maintaining their identity and equality with the migrants.Currently, they are reviving Piil Pesenggiri into capital and an exit strategy against the domination of the migrants and are changing the stigma which has been attached to them. Ulun Lampung strengthen their collective consciousness to stand at an equal position as the migrants through revitalization and re-articulation of Piil Pesenggiri as the representations of their identity. The study also found that reproduction of Piil Pesenggiri is a form of resistance against inequality with the migrants and the effort of ulun Lampung to be recognized and appreciated as a local ethnic group. One example is they hold begawi adok, a ritual of awarding an honorary degree to outsiders (immigrants) as a sign of brotherhood or as an exchange. Keywords: Ulun lampung, piil pesenggiri, revitalization, reproduction, strategy Kajian ini berangkat dari marginalisasi pada ulun (orang) Lampung. Sebagai etnik lokal, mereka kurang dihargai oleh pendatang. Di ranah eksternal, ulun Lampung mendapat stigma, karena berbagai tindakannya sering di luar konteks Piil Pesenggiri. Pada dasarnya, Piil Pesenggiri berhubungan dengan makna positif seperti keramahtamahan terhadap tamu, menjunjung martabat dan harga diri, namun sebaliknya yang tampil adalah kekerasan, malas, arogan dan tindakan lainnya yang dalam pandangan pendatang diasosiasikan dengan Piil Pesenggiri. Penelitian ini bertujuan menjelaskan tentang strategi ulun Lampung dalam merevitalisasi nilai Piil Pesenggiri sebagai modal budaya. Saat ini, dengan merevitalisasi kembali Piil Pesenggiri, adalah upaya untuk keluar dari dominasi pendatang dan mengubah stigma yang dilekatkan kepada ulun Lampung. Mereka menguatkan kesadaran kolektif melalui revitalisasi dan reartikulasi Piil Pesenggiri sebagai representasi identitas. Penelitian ini juga menemukan, bahwa reproduksi Piil Pesenggiri adalah bentuk resistensi terhadap ketidaksetaraan dengan pendatang, pengakuan dan dihargai sebagai etnis lokal. Revitalisasi tradisi yang dilakukan antara lain dengan menggelar begawi adok, yaitu ritual pemberian gelar kehormatan kepada orang luar (pendatang) sebagai tanda hubungan persaudaraan—atau sebagai pertukaran. Kata Kunci: Ulun lampung, piil pesenggiri, revitalisasi, reproduksi, strategi

Item Type: Article
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) > Prodi Magister Pendidikan IPS
Depositing User: RISMA MARG . .
Date Deposited: 26 Apr 2018 04:01
Last Modified: 26 Apr 2018 04:01
URI: http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/6510

Actions (login required)

View Item View Item