Yusnita, Yusnita and Hapsoro, Dwi (2021) Efisiensi Perbanyakan Piper colubrinum Link. dan Penyambungannya dengan Varietas Lada Unggul Nasional Untuk Menghasilkan Bibit Lada Resisten Penyakit Busuk Pangkal Batang. [Experiment]

[img]
Preview
Text
Laporan penelitian lada 2021_1.pdf

Download (604kB) | Preview

Abstract

Indonesia merupakan negara penghasil lada kedua terbesar di dunia, setelah Vietnam. Pada tahun 2017, produktivitas lada rata-rata di Indonesia adalah 2,09 ton per hektar. Nilai tersebut jauh lebih rendah daripada produktivitas rata-rata lada di Vietnam (3,2 ton per hektar). Provinsi Lampung merupakan sentra produksi lada terbesar kedua setelah Bangka dan Belitung. Namun kejayaan agribisnis lada Lampung akhir-akhir ini memudar disebabkan makin rendahnya produktivitas dan minat petani yang menggeluti agribisnis lada. Salah satu penyebab utama adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Phytophthora capsici. Saat ini kebanyakan pertanaman lada di Lampung berasal dari bibit asal setek dari varietas unggul nasional, misalnya Natar 1, Natar 2, Petaling 1, dan Petaling 2. Namun varietas-varietas unggul tersebut ternyata masih rentan terhadap BPB. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah penyambungan batang atas dari varietas unggul dengan batang bawah resisten terhadap BPB. Penelitian di India dan Malaysia menunjukkan bahwa Piper colubrinum telah terbukti resisten terhadap cekaman biotik dan abiotik, di antaranya resisten terhadap Phytophthora capsici, Radophulus similis Thorne, dan beradaptasi lebih luas, termasuk ketahan perakarannya terhadap tanah rawa. Namun karena bahan tanaman Piper colubrinum ini belum banyak tersedia di Lampung, maka perlu diintroduksi dari Kalimantan dan teknik perbanyakannya yang efisien perlu dipelajari untuk menjamin ketersediaan bahan tanaman sebagai batang bawah penyambungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh IBA dan NAA (Percobaan I) terhadap keberhasilan penyetekan dan pengakaran setek Piper colubrinum. Selanjutnya bibit Piper colubrinum dari setek yang sudah berakar digunakan untuk batang bawah pada Percobaan 2: Pengaruh aplikasi benziladenin (BA) pada batang atas (Natar 1 dan Petaling 2) terhadap keberhasilan penyambungan. Pada Percobaan I hasil penelitian menunjukkan (1) perlakuan ZPT auksin 2000 ppm NAA dan 2000 ppm NAA+IBA pada setek Piper colubrinum menghasilkan persen hidup bibit 90,48-95,24%, (2) perlakuan ZPT auksin (IBA, NAA, atau IBA+NAA) pada setek Piper colubrinum menyebabkan akar muncul lebih cepat, akar primer dan sekunder lebih banyak, dan akar primer dan tunas lebih panjang dan (3) kenaikan konsentrasi ZPT auksin antara 1000-3000 ppm menyebabkan peningkatan jumlah akar primer dan sekunder, panjang akar dan tunas, dan bobot segar akar pada setek Piper colubrinum. Pada Percobaan II, hasil penelitian menunjukkan (1) perlakukan 50 ppm benziladenin (BA) pada batang atas meyebabkan peningkatan keberhasilan penyambungan antara Piper colubrinum (batang bawah) dan Piper nigrum (batang atas), yaitu untuk Natar-1 80-93% dan Petaling-2 73-100% dan (2) perlakuan 50 ppm BA pada batang atas menyebabkan pertumbuhan bibit sambungan yang lebih cepat. Dari penelitian ini diperoleh teknologi yang efektif untuk menghasilkan bibit sambungan antara Piper nigrum sebagai batang atas dan Piper colubrinum sebagai batang bawah. Kata kunci: Piper colubrinum; Piper nigrum; penyambungan; penyetekan, auksin

Item Type: Experiment
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Depositing User: Dr. Dwi Hapsoro
Date Deposited: 27 Jan 2022 11:51
Last Modified: 27 Jan 2022 11:51
URI: http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/38524

Actions (login required)

View Item View Item