Sumaryo, Gitosaputro and Kordiyana, K. Rangga and Tubagus, Hassanuddin (2018) MODELPENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN MELALUI IMPLEMENTASI CYBER EXTENSION DI PROVINSI LAMPUNG Tahun ke-2 dari rencana dua tahun. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. (Submitted)
|
Text
SUMARYO_UNILA_LA_PDUPT.pdf Download (500kB) | Preview |
Abstract
Cyber extension merupakan sarana penyebaran informasi dan penyediaan materi penyuluhan guna membantu penyuluh, petani, dan pelaku usaha dalam mengatasi keterbatasan informasi dan inovasi pertanian. Provinsi Lampung sebagai Bumi Agribisnis memiliki wilayah pertanian yang cukup luas dan jumlah petani yang cukup besar. Namun demikian, jumlah dan kompetensi penyuluh pertanian yang ada masih kurang dan kualitas SDM-nya masih rendah. Implementasi cyber extension merupakan terobosan yang strategis untuk mengatasi berbagai kendala tersebut. Tujuan jangka panjang penelitian adalah menghasilkan model pengembangan implementasi cyber extension pada lembaga penyuluhan di berbagai tingkatan, mulai dari provinsi (UPTD Penyuluh Pertanian), kabupaten (Bidang/seksi/Kelompok Jabatan Fungsional), kecamatan (BPP), desa (Gapoktan), dan petani (kelompok tani), sehingga kapasitas SDM para penyuluh pertanian meningkat serta mampu menyebarluaskan informasi dan inovasi pertanian yang diperoleh dari berbagai sumber untuk mempercepatproses pembangunan pertanian di kawasan perdesaan.Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam jangka pendek penelitian ini diharapkan menghasilkan: daftar kebutuhan penyuluh pertanian dan petani dalam pengembangan cyber extension.Kabupaten Lampung Selatan terpilih sebagai sampel wilayah, dengan pertimbangan keterjangkauan sinyal telepon serta tingkat produksi komoditas tanaman semusim (pangan dan hortikultura). Hasil penelitian menunjukkan adanya berbagai kendala dalam penerapan cyber extension. Kendala tersebut dirasakan pada lembaga di semua tingkatan, baik provinsi, kabupaten, kecamatan/BPP, maupun di tingkat petani (poktan/gapoktan). Kendala tersebut berupa aspek manajamen lembaga/dinas terkait, keterbatasan sarana prasarana, rendahnya kompetensi penyuluh mengelola informasi dan teknologi, rendahnya kompetensi petani memanfaatkan informasi dan teknologi, dan budaya petani dalam pemanfaatan sarana komunikasi.Hasil penelitian menunjukkan seluruh petani sudah memiliki telepon genggam generasi kedua atau ketiga (2G atau 3G); persepsi petani terhadap TIK khususnya telepon genggam masih sebatas untuk komunikasi sosial, petani belum tahu manfaat telepon genggam untuk mencari informasi atau inovasi pertanian. Untuk mengimbangi cepatnya perkembangan TIK, pembelajaran kepada petani dalam pemanfaatan telepon genggam untuk mencari informasi dan inovasi pertanian perlu dilakukan. Kebutuhan petani akan informasi berbasis cyber ektension termasuk dalam kategori sangat rendah.Kebutuhan petani akan informasi berbasis cyber extension dipengaruhi oleh: (a) faktor lingkungan (X3) yang meliputi: ketersediaan sistem informasi (X31), kepemilikan sistem informasi cyber (X32), kesesuaian tradisi (X34) dan dukungan keluarga (X35). (b) sistem informasi konvensional (X5) yang dicerminkan oleh akurasi sistem informasi konvensional (X51), ketajaman sistem informasi konvensional (X53), dan ketepatan informasi yang disajikan oleh sistem informasi konvensional (X54). (c) motivasi petani (X2) yang dicerminkan oleh indikator: motivasi dalam meningkatkan produksi (X21), motivasi dalam meningkatkan sistem informasi (X22), motivasi dalam meningkatkan potensi sistem informasi (X23), dan motivasi dalam meningkatkan kemudahan dalam mengakses sistem informasi (X24). Key words: cyber extension, TIK, pengembangan SDM, Lampung
Item Type: | Other |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) |
Divisions: | Fakultas Pertanian (FP) > Prodi Penyuluhan Pertanian |
Depositing User: | KORDIYANA |
Date Deposited: | 18 Jun 2021 01:50 |
Last Modified: | 18 Jun 2021 01:50 |
URI: | http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/32658 |
Actions (login required)
View Item |