Fuad, Muhammad (2016) Mustahil? Membangun Budaya Literasi Tanpa Olah Sastra. In: Prosiding Konferensi Internasional VI Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah Indonesia 2016 Cetakan I, September 2016 ISBN 978-602-60167-0-6.
|
Text
Prosiding 2016.ok.pdf - Published Version Download (1MB) | Preview |
Abstract
Mengakui secara objektif adanya keragaman budaya yang ada di sekitar kita dapat dimaknai sebagai suatu prestasi. Lain halnya bagi yang mengabaikan adanya keragaman budaya—dapat diprediksi hanya memiliki sikap apriori, bahkan tak ada kejelasan dalam pemilikan jatidiri. Tanpa disadari, hal ini terus tumbuh subur bagi masyarakat yang kurang mampu memanfaatkan potensi diri dalam memahami tata nilai yang terkandung dalam produk budaya. Hal ini patut diatasi secara konkret agar keragaman dapat dijadikan anugerah, sekaligus aset bangsa melalui pemberdayaan program literasi secara simultan. Salah satu konsep praktis-pragmatis adalah menumbuhsuburkan budaya baca sejak dini secara formal maupun nonformal, terutama tata nilai yang tertuang dalam teks sastra. Selain etika dan estetika, teks sastra (seperti: cerpen dan novel) secara konseptual maupun sosial mecerminkan realitas-objektif kehidupan sosok manusia dengan segala keanehan perilakunya. Adanya kesadaran olahsastra secara apresiatif akan memberikan manfaat secara impresif maupun ekspresif, bahkan secara perlahan dapat menginspirasi alam pikir pembaca secara objektif. Deskripsi yang tersaji apik, secara naratif mampu mengilhami pembaca secara perlahan manakala budaya baca melekat erat pada pembaca untuk beradab dan berkarakter. Namun, realita di masyarakat tampaknya makin puruk karena rendahnya budaya literasi, tak terkecuali juga terjadi di kalangan akademisi. Inilah permasalahan yang ada di sekitar kita sehingga hampir mustahil masyarakat memiliki jatidiri sebagaimana slogan ‗membangun manusia berkarakter‗ dapat tercapai. Beberapa studi yang dikendalikan oleh para akademisi, pemerintah, maupun LSM menunjukkan hasil yang mengecewakan. Artinya, budaya literasi masyarakat, khususnya pelajar SLTA terhadap teks sastra masih rendah—masih di bawah standar. Hasil studi menunjukkan bahwa budaya membaca cerpen/novel bagi pelajar SLTA diperoleh rata-rata 0,017% dari 5 buah cerpen/novel yang harus dibaca per tahun. Ironisnya, meskipun telah ditemukan rendahnya budaya literasi tersebut hingga kini belum ada kejelasan tindaklanjutnya. Kesemuanya hanya dalam tataran konsep dan dokumen.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) > Prodi Magister Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia |
Depositing User: | MUHAMMAD F MUHAMMAD FUAD |
Date Deposited: | 03 Mar 2021 04:34 |
Last Modified: | 03 Mar 2021 04:34 |
URI: | http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/28167 |
Actions (login required)
View Item |