Fitriani, Fitriani and Ismono, R Hanung and Prasmatiwi Erry, Fembriarti and Lestari, Dyah Aring Hepiana and Rahmalia, Dian (2019) Kesiapan Petani Kelapa Sawit Menghadapi Sertifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil): Kasus Perkebunan Sawit Rakyat di Propinsi Lampung. In: Seminar Nasional CSSPO Universitas Jambi Tahun 2019, 6 November 2019, Hotel BW Luxury, Kota Jambi. (Unpublished)

[img]
Preview
Text
Materi Semnas KS edit.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

Sertifikasi kelapa sawit di Indonesia dilakukan berlandaskan Permentan No. 11 tahun 2015. Penerapan sertifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) bagi pelaku usaha kelapa sawit bersifat mandatory bagi Pabrik Kelapa Sawit (PK) untuk memproduksi produk kelapa sawit (KS), CPO dan turunannya. ISPO secara sukarela bagi petani KS mandiri. Informasi terkait respon kesiapan petani KS terhadap tuntutan penerapan sertifikasi ISPO masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji persepsi petani mandiri, petani kemitraan terhadap PKS tersertifikasi; (2) Mengkaji kesiapan petani mandiri, dan petani kemitraan ketika PKS telah disertifikasi. (3) Menganalisis praktek pengelolaan usaha kelapa sawit saat ini dengan standar GAP ISPO. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penentuan lokasi penelitian dilakukan di enam kabupaten di Provinsi Lampung sentra kelapa sawit rakyat yaitu: Kabupaten Tulang, Bawang, Mesuji, Way Kanan, dan Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Pesisir Barat. Dua kecamatan dipilih/kabupaten sebagai perwakilan potensi usahatani kelapa sawit dengan populasi sebanyak 93.937 kepala keluarga (KK). Sampel penelitian sebear 1.000 rumah tangga petani kelapa sawit secara proporsional. Pola pengelolaan usahatani kelapa sawit dibedakan menjadi petani mandiri dan petani mitra plasma. Analisis data mengunakan statistik deskriptif dan cross tabulation. Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan bahwa (1) petani mandiri dan mitra plasm (>90%) merespon positif setuju PKS yang disertifikasi. Demikian halnya dengan petani mitra plasma juga menyatakan persetujuan terhadap PKS yang telah disertifikasi. (2) Pengelolaan usaha perkebunan rakyat KS petani mitra perusahaan dan petani mandiri menunjukkan tingkat kesiapan yang berbeda dengan petani mitra plasma. Petani mitra plasma memiliki kondisi siap mengikuti sertifikasi KS lebih tinggi dari petani mandiri. (3) Tingkat penerapan GAP di level kebun dinilai berdasarkan ketersediaan dokumentasi praktik GAP dari pembenihan (penanganan dan asal benih), penanaman, hingga pengangkutan menunjukkan kondisi berbeda antara pengusahaan KS mandiri dengan petani mitra plasma. Jumlah petani mitra plasma yang menerapkan praktik GAP dan memiliki rekaman dokumen penerapan GAP lebih banyak (±30%) dibandingkan dengan petani mandiri (±10%). Key words: ISPO, sertifikasi, produksi berkelanjutan

Item Type: Conference or Workshop Item (Speech)
Subjects: A General Works > AC Collections. Series. Collected works
Divisions: Fakultas Pertanian (FP) > Prodi Agribisnis
Depositing User: R. Hanung Ismono
Date Deposited: 19 Nov 2019 05:17
Last Modified: 19 Nov 2019 05:17
URI: http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/17089

Actions (login required)

View Item View Item