DUA tahun terkahir saya menghabiskan waktu untuk merantau jauh, melanjutkan studi ke tanah Inggris Raya. Perjalanan ini pun akan terasa sepi manakala akses untuk melihat berita tanah kelahiran tercinta Lampung sangat terbatas. Untunglah, ada harian umum Lampung Post yang selalu meng-update berita-berita terkini soal Lampung.

Melalui laman lampost.co saya selalu mengakses berita terbaru soal Lampung, baik berita daring maupun melalui electronic paper maupun e-paper. Bagi diaspora seperti saya, mengakses Lampung Post sangat memberikan manfaat yang luar biasa. Dengan mengakses Lampung Post, saya bisa mengikuti perkembangan terkini soal Lampung. Dengan demikian, secara tidak langsung komunikasi artifisial dengan tanah kelahiran bisa terus berjalan.

Meminjam istilah dalam studi peran koran di negara Tiongkok oleh Wang (2016). Wang membagi dua kategori jenis koran intellectual run dan statesman run newspapers. Perbedaan keduanya terletak pada bagaimana tujuan masing masing koran.

Jika mengacu pada terminologi intelektual, koran dengan jenis ini sesungguhnya memperjuangkan idealisme jurnalisme dan mempunyai agenda setting media yang jelas, misalkan soal kebebasan dan pro-democractic policy.

Sebaliknya, jenis koran yang statesman run cenderung menjadi alat propaganda elite dan sangat ideologis. Walaupun framing riset yang dilakukan oleh Wang di atas tidak begitu tepat memetakan kualitas koran di Tanah Air pada umumnya dan Lampung secara spesifik, menurut saya koran yang baik seharusnya meniru kategori yang ditawarkan dalam framing intellectual run tersebut. Lampung Post harus menjadi corong bagi kemaslahatan masyarakat, bukan yang lain.

Sebagai salah satu media daerah yang mempunyai reputasi nasional, Lampung Post akan mengalami beragam tantangan yang tentunya tidak akan mudah dilewati, setidaknya ada lima tantangan besar Lampung Post untuk masa depan, tantangan tersebut adalah:
Pertama, Lampung Post akan dituntut menampilkan berita lebih cepat dan akurat, perkembangan dunia yang menganut logika borderless dan meretas ruang dan waktu di era globalisasi juga akan dengan sendirinya memberi dampak pada Lampung Post. Tuntutan akan berita yang lebih cepat, bernas, dan akurat ini secara tidak langsung dampak dari perkembangan massif media online yang dengan mudah dapat menampilkan berita yang sifatnya breaking news. Dampak dari semua ini media paper/koran akan mengalami tantangan terhadap isi berita. Jika dari kapasitas kecepatan secara teknis tidak akan mungkin media konvensional seperti koran Lampung Post menyaingi media online. Jalan terbaik adalah bagaimana koran Lampung Post bisa menampilkan aspek comprehensiveness yang sepertinya sedikit diabaikan oleh media online dalam penyajian berita. Apalagi Lampung Post online juga bisa menjadi media yang mem-back up kinerja koran Lampung Post. Strateginya menurut saya antara online dan e-paper harus bisa saling mengisi dan melengkapi terutama dari sisi coverage berita dan akurasi informasi yang disampaikan.

Kedua, ideologisasi Lampung Post, terdengar asing tapi menurut saya inilah yang dilakukan oleh media besar dunia untuk tetap mendapat hati para pembaca. Sebagai contoh koran Guardian atau koran lokal Inggris seperti Yorkshire Post menurut saya kedua koran ini berjalan dengan koridor ideologis yang menjadi objektif awal dari pendirian media-media tersebut. Sebagai bagian dari media dunia baik online maupun paper. Lampung post pun menurut saya harus berani memunculkan identitas ideologis yang diperjuangkan walaupun mungkin dalam tataran yang lebih halus dan sedikit kompromis dengan kondisi Lampung misalkan. Usulan ini abstrak tapi menurut saya ini penting, anggaplah ini kelak menjadi identitas jurnalisme Lampung Post dan sebagai pembeda dengan media lainnya.

Ketiga, konsolidasi internal menjadi tantangan tersendiri oleh Lampung Post, sebagai media lokal tertua di Lampung. Cabaran atau tantangan juga justru datang dari internal Lampung Post sendiri. Sebagai ilustrasi, semakin tua usia maka seharusnya pendulum sebuah institusi mengarah pada tahap dewasa dan matang tapi ada juga kemungkinan menjadi lambat untuk beradaptasi dengan perubahan. Sebagai contoh lain misalkan perusahan-perusahaan elektronik dan kendaraan bermotor asal Korea Selatan perlahan namun pasti mulai menghempaskan hegemoni perusahaan Jepang. Mereka (the Korean) bisa melakukan tersebut disebabkan perusahan-perusahaan Korea Selatan yang muda usia berbanding Jepang tersebut di set up menjadi organik yang dinamis dan adaptif dengan perubahan cepat dunia teknologi. Lampung Post menurut saya harus diarahkan menjadi organik yang dinamis untuk bisa survive dan memenangkan pertarungan media lokal.

Keempat, tantangan terhadap konten berita juga harus dipikirkan dengan bijak oleh Lampung Post. Ada baiknya ruang berita Lampung Post juga mulai dipersiapkan untuk mendiskusikan dampak ASEAN Community 2020 terhadap Lampung. Sedikit mulai melirik untuk menginternasionalkan berita yang tekait Lampung dan ASEAN mungkin harus mulai dicoba, membuka ruang untuk rubrik/suplemen berbahasa asing kelak juga harus dipertimbangkan oleh Lampung Post.

Kelima, saya mengapresiasi sekali sosok Pak Bambang Eka Wijaya, selama ini pendulum Lampung Post sangat bergantung sekali dengan directive command dari sosok jurnalis senior Lampung satu ini. Tapi akankah Lampung Post terus bergantung pada tangan dingin Pak Bambang Eka Wijaya, oleh sebab itu sistem kepemimpinan kolektif redaksi harus mulai dikedepankan oleh Lampung Post, ini penting karena soliditas Lampung Post ke depan akan sangat juga ditentukan oleh kepemimpinan redaksi.

Pada akhirnya saya sangat yakin pada era penuh tantangan terutama terhadap media paper akan bisa dijalani Lampung Post dengan baik kata kuncinya adalah profesionalisme dan soliditas. Selamat ulang tahun Lampung Post, salam dari kami, Diaspora Lampung.

BERITA LAINNYA


EDITOR

Muhammad Ridwan

TAGS


KOMENTAR